Jul 22, 2013

me and you vs the world

Soul mate is, your other half. The person who completes you. The person who makes you feel over and over again like you have butterflies. They don’t like you, they love you. Not the person you can spend the rest of your life with, but the person you can’t spend the rest of your life without.
(Anonymous)


Konon menurut Plato dan Aristophanes, manusia awalnya diciptakan bertangan empat, berkaki empat, berkepala satu, dan bermuka dua. Terdiri dari laki-laki, perempuan, dan androgyny. Laki-laki merupakan anak-anak matahari, perempuan anak-anak bumi,  dan  androgyny lahir di antara matahari dan bumi, menjadi keturunan bulan. Saat itu, manusia memiliki kekuatan yang maha dashyat sehingga mengancam kekuasaan dewa. Awalnya manusia ingin dihancurkan, namun dewa akan kehilangan penyembahnya. Lalu Zeus memutuskan untuk membelah mereka menjadi dua. Setiap manusia hanya memiliki satu alat kelamin, dan akan terus mencari ‘belahan’nya. Jika mereka saling bertemu, maka akan terjadi ‘kesepahaman tanpa kata’, merasa dipersatukan, dan senang luar biasa.

Sebelumnya di Mesir, legenda Osiris dan Isis. Dikandung dalam satu rahim, dilahirkan sebagai kembar, diceritakan kemudian jatuh cinta. Baik konsep Plato maupun Osiris, keduanya mitos yang telah dipercaya ribuan tahun lamanya. Lalu menurut agama, sejak kecil kita diceritakan mengenai Nabi Adam AS, dan Hawa yang diciptakan dari sepotong iganya. Teman baik saya pernah memberikan wacana, “Mengapa iga?”. Bukan kepala, karena tak dimaksudkan untuk mengepalai laki-laki. Bukan pula kaki, karena tidak untuk direndahkan dan diinjak. Tapi iga, karena dekat dengan hati.

Orang dulu berkata, “Mirip, tandanya jodoh”. Boleh percaya atau tidak, tapi bisa saja dijadikan masuk akal, kalau mau. Wajar saja kalau berparas serupa diyakini tandanya jodoh. Plato bilang, awalnya satu tubuh. Osiris dan Isis pun satu rahim, Hawa berasal dari bagian tubuh Adam. Jika mirip, maka jodoh? Atau jika jodoh, maka mirip? Rasanya seperti pertanyaan lebih dulu ayam atau telur.

Pernah merasakan berinteraksi dengan ‘seseorang’ yang memiliki ‘kesepahaman tanpa kata’? Tak usah banyak bicara, ia tahu yang kita maksud. Tanpa banyak tanya, ia sudah tahu arahnya. Soal selera, biasanya pun tak jauh berbeda. Tak ada manusia yang persis sama, tapi seakan kau pun tak keberatan dan dibuat sakit kepala dengan kemungkinan adanya perdebatan. Lempar satu wacana, dan waktu pun seakan mengalir dengan cepat. Rasanya terjadi proses kohesi antar tubuh dan seisi kepala. Mengacu pada James Redfield di Celestine Prophecy, semacam ada garis-garis energi yang bergerak mondar-mandir mengisi ruang. Semacam pembicaraan yang kemudian mengiyakan, karena ia mengucapkan kata-kata yang telah hadir di kepala.


Mungkin seperti melihat dunia dari kacamata 3D. Sebelah merah, sebelah biru. Namun jika dipakai bersamaan, yang terlihat adalah perspektif dalam dimensi baru. Ada kedalaman dan lapisan-lapisan ide serta rasa yang muncul bersahutan. Ada sensasi keterlibatan yang lebih ketika fungsi indera dimaksimalkan. Seperti menemukan kejutan demi kejutan makna di balik objek fana. Lalu dunia seakan melebur, terikat dalam satu pikiran, perasaan, tindakan. ‘Seseorang’nya saya berkata, “It’s like me and you versus the world”. Lagi-lagi mengiyakan. Ia tahu persis isi kepala, dan tentu saja, hati saya. Alhamdulillah.

6 comments:

  1. Wit, aku baru liat cerita Aristoteles itu pas makan di Kedai Grekka di Cihampelas. Situ dan masnya kayaknya musti ke sana. Ini blognya: http://kedaigrekka.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Suka sekali tulisan iniiii!!! Ralat.. suka sekali tulisan-tulisanmuuu! Renyah, dalam.. ayo dong nulis lagiihhh!

    ReplyDelete