"still there.. still there.. still there.. gone."
Jesse dan Celine.
Seperti mentari. Sebelum terbit, terbenam, hingga akhirnya, tengah malam. Mulai
dari cinta pada pandangan pertama, hilang dan bertemu kembali, hingga sampai
pada bentuk cinta yang terikat pada komitmen sebagai pasangan hidup dan
orangtua.
Truman Capote berkata, “A
conversation is a dialogue, not a monologue. That’s why there are so few good
conversations: due to scarcity, two intelligent talkers seldom meet.” Seperti sebelumnya, percakapan menjadi kekuatan dalam film
ini. Dinamis, romantis, sekaligus kritis. Kali ini, isu tentang peran gender, disandingkan dengan karakterisasi
tokoh yang kuat. Laki-laki tak melulu maskulin, dan perempuan tak selalu
feminin. Jesse, penulis yang menceritakan kisah cinta pribadi dalam bukunya.
Celine, aktivis lingkungan yang mandiri, tangguh, dan teguh dalam karirnya. Dan
semua mengalir dan terangkum dengan sempurna dalam setiap inci adegan. Di dalam
mobil, perjamuan makan siang, sepanjang jalan menuju gereja tua, di taman,
hingga akhirnya memuncak dan menukik tajam di suatu kamar hotel.
Empat puluhan. Usia dewasa madya nampaknya menjadi fase
pembuktian manusia atas tumbukan antara hasrat dan norma yang berlaku, terkait
dengan peran gender. Laki-laki, yang
katanya terlahir dan dibesarkan untuk memiliki kebanggaan atas diri dan ambisi.
Perempuan, yang diciptakan memiliki naluri untuk memikirkan dan mengasuh orang
lain. Karier dan rumah tangga seakan menjadi ‘medan tempur’nya. Celine, dengan
perasaan layaknya roller coaster.
Kesal, menerima sesaat, lalu marah, mendingin, hingga kecewa. Mengeritik dan
melampiaskan konflik dalam dirinya kepada Jessie. Menyampaikan segala keluh
kesah yang terpendam atas hasrat dan ambisi yang tidak teraktualisasikan akibat
tekanan dari norma. Menuding, menyudutkan, seakan tidak memberikan pilihan bagi
Jessie untuk memberikan respon pribadi sebagai pasangannya. Bagi Celine, the world is fucked. Hingga akhirnya ia
membanting pintu kamarnya dan keluar.
Namun Richard Linklater tak berhenti sampai di sana. Ketika
kata dicipta untuk bercerita, dan menyampaikan rasa. Jesse dan Celine. Seperti mentari.
Terbit, terbenam, hingga tepat sebelum tengah malam.
No comments:
Post a Comment