Feb 15, 2013

the wild ones

There's a song playing on the radio 
Sky high in the airwaves on the morning show

Suatu sore dalam perjalanan. Samar-samar suara tinggi melengking dan mendayu terdengar dari radio. Brett Anderson. Ia mengenali suara sang vokalis dalam waktu singkat. Mungkin bukan pada pagi hari sebagaimana tertera pada liriknya. Namun tetap membuat terpikat, dan senyum pun mengembang. 

And there's a lifeline slipping as the record plays 
And as I open the blinds in my mind I'm believing that you could stay

Aku menatap ke luar jendela. Kemacetan jalanan kota tak pernah lelah mengada, apalagi setelah hujan tiba. Lalu tiba-tiba suara klakson perlahan melemah. Matahari jingga menjadi ungu violet. Debu jalanan bertransformasi menjadi merah muda. Pohon menguning dan rumput membiru. Lalu semua orang berhenti bergerak sesaat. Menyerah pada putaran waktu, berhenti sejenak dari akal dan bahasa. Dua hal yang membuat mereka merasa makhluk paling sempurna di dunia.

And oh if you stay I'll chase the rain blown fields away
We'll shine like the morning and sin in the sun

Aku beralih menatap matanya, sedalam yang kubisa. Ia yang tak pernah kemana, bahkan ketika rasa lelah yang hebat melanda dan air menghiasi kedua mata. Ada hujan dalam dirinya, yang mendinginkan panas tubuh dalam senja. Seperti menghembuskan udara malam seketika, mengajak untuk menenang dan mereda. Dan terbangun di pagi hari dengan sinar pelangi dalam tubuh yang mencerah.

Oh if you stay
We'll be the wild ones running with the dogs today

Tiba-tiba aku tersadar. Manusia di luar jendela pun mulai menggeliat dan menghembuskan kembali nafasnya. Matahari kembali menjingga, debu mengabu, pohon dan rumput menghijau. Kukira ia akan terbang bersama lamunan. Menjadi udara dalam pikiran. Ternyata raganya masih berada di depan mata, melengkapi rasa. Dan lagi-lagi senyumku mengembang. Kali ini aku menyebut nama Tuhan, terima kasih atas yang terkasih.

2 comments: