"Don't
try to find meaning in death,
because there isn't
one."
Suatu Kamis pagi yang tidak biasa bagi Simon (Émilien Néron), ketika ia harus melihat insiden di ruang kelasnya
yang tampak dari celah pintu. Dan sekeranjang susu yang ia bawa pun terjatuh
begitu saja. Kaget, bingung, gamang, ia berlari. Alice (Sophie Nélisse) pun nekat diam-diam melongok ke pintu kelasnya,
bahkan ketika seorang guru menghalau murid-murid untuk melihat insiden
tersebut. Lalu dimulailah episode tragedi itu sendiri.
Bashir Lazhar (Mohamed Saïd Fellag) datang tiba-tiba ke ruang
kepala sekolah. Tanpa panggilan, dengan berbekal informasi yang berasal dari
surat kabar, ia menawarkan diri untuk menjadi guru pengganti. “Saya dari
Algeria, 19 tahun mengajar", katanya. Hingga akhirnya niatnya terpenuhi. Dan ia
pun ditakdirkan untuk bersama anak-anak yang baru saja kehilangan gurunya
dengan cara yang mengenaskan.
Kematian, apalagi bunuh diri. Tidak pernah menjadi hal
yang mudah bagi siapapun. Seakan bendera hitam dikibarkan di setiap pojok
ruangan kelas, suasana berkabung pun tak bisa dihindari. Lazhar sendiri baru
saja mengalami tragedi kehilangan seluruh keluarganya dengan cara yang tidak
kalah mengenaskan, dan terancam dideportasi kapan saja. Alih-alih berduka, ia
mengisi kekosongan dirinya dengan cara menemani murid-muridnya. Diprotes pada
awalnya dengan metode mengajar konvensional yang ia anut, namun ia mampu mengangkat
keyakinan pada muridnya. Lazhar hadir sebagai pelipur lara dengan caranya. Bahwa
adalah suatu hal yang wajar untuk berkabung dan meluapkan kesedihan. “Menangislah,
Simon, keras pun tak apa. Itu bukan salahmu.” Kematian bukanlah suatu akhir. The death people lives in your head, because
you love them.
Philippe Falardeau menggambarkan ruang kelas sebagai ruang dimana bukan hanya proses belajar mengajar
akademis yang terjadi di sana, tapi belajar bagaimana menjalani hidup. Bagaimana
guru menanamkan nilai-nilai luhur pada anak-anak, menghadapi dunia dan bersikap
baik dengan sesama, memberikan bekal berupa doa dan kasih sayang yang mungkin
tak berwujud, namun terasa. Dan ketika kebohongan terpaksa dilakukan demi mengisi kekosongan batin, perpisahan pun harus terjadi, dan Lazhar
harus pergi. Paling tidak ia sudah meninggalkan sesuatu di hati anak-anaknya
untuk dapat bertahan di dunia, yaitu rasa aman dan cinta.
I love the relationship between Alice and Simon. They seem to be parted but they need one another for encouragement. I love them more when they finally reconcile silently in schoolyard by sharing a brief smile.
ReplyDeleteme too, they're lovely, indeed. had their own way to deal with the loss, and completing each other. no need words, they knew it already :)
ReplyDelete