“Things will go on as they have done up until now. They'll go from bad to worse. Things will go on, and then one day it will all be over.”
Seharusnya tidak ada yang berubah pagi itu. Menikmati
sarapan telur rebus, berdua di pojok ruangan dengan sinar matahari di jendela. Bercerita
tentang kisah hidup yang seakan tidak ada habisnya. Lalu tiba-tiba Anne
termenung sesaat. Matanya tak berkedip, tatapan matanya kosong seakan tak ada
siapapun di hadapnya.
Dan sejak itu, dunia tak lagi sama bagi Georges dan
Anne. Stroke. Tak pernah mudah bagi yang mengalami maupun yang menemani. Cinta
pada usia senja, rasanya tak menggebu. Mengendap pada bagian hati yang paling
dalam, dan ketika ia menderita, rasanya sebagian tubuhmu pun ikut luka. Georges
menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk Anne. Hidup sendiri pada usia 80an
sama sekali bukanlah hal yang mudah, apalagi mengurus hidup seseorang yang
dicintai dalam kondisi sakit, pada usia yang sama.
Tak cukup sekali, pada serangan stroke kedua, tubuh
Anne pun lumpuh separuh. Tak ada lagi denting piano yang dimainkan oleh jarinya.
Sulit bicara dan tangannya pun kaku tak berdaya. Tak seorang pun memahami dan
mampu melakukan sesuatu yang berarti menurut Georges. Hingga suatu hari,
Georges akhirnya menutup lembaran hidup Anne dengan kisah hidupnya.
Menyakitkan, tapi atas nama cinta di akhir usia, ia tak mau melihat istrinya
hidup lebih menderita.
saya jg sangat suka film ini, sy beruntung bisa melihatnya di bioskop ketika festifal film eropa. dan sy bisa merasa semua orang memperhatikan dengan detail setiap adegan dan masuk kedalam nuansa filmnya..Haneke seorang jenius
ReplyDeletetapi baiknya jangan di spoilerin dong ceritanya...heuheu..kasian yang blm lihat
saya nonton di dvd 5000an aja, spoiler adalah resiko orang yang baca review hehe.
ReplyDeletemakasi kunjungannya