“We're just a million
little Gods causin' rain storms turnin' every good
thing to rust!”
– Arcade Fire, Wake Up
Manusia. Makhluk dengan
segala kehebatan indera dan akal yang ada di setiap inci tubuhnya. Kata Darwin, evolusi
terjadi. Dari postur bungkuk dan berambut layaknya primata, hingga menjadi
manusia tegak dan rupawan. Homo sapiens. Tercipta dari miliaran sel aktif yang
terus melakukan regenerasi, terkumpul dalam suatu bentuk berupa jaringan, lalu menjadi
organ yang berfungsi dalam sistem menjadi suatu orkestra yang begitu rapi dan terpola,
diberikan otak sebagai pusat dari segala pemikiran dan perilaku, hingga
sinkronisasi pun tercipta tanpa cela. Tubuh. Dalam wujud yang paling sempurna.
Lalu rasa diberikan
sebagai penyeimbang logika. Ketika emosi pun muncul sejak membuka mata dan
keluar dari rahim bunda. Menangis, seringkali menjadi penanda adanya kehidupan
baru pada tubuh yang baru saja tiba di dunia. Air mata diciptakan sebagai
bentuk penyerahan manusia pada rasa. Sedih maka menangis. Senang maka menangis.
Wajah diciptakan sedemikian rupa sebagai media ekspresi emosi. Setiap bagian
tubuh memiliki peran dan mekanisme sebagai pelindung dan penindak. Kelima
indera bekerja dengan masing-masing perannya dalam menerima dan membalas respon
dunia atas diri. Melalui jalur persepsi, interpretasi, kontemplasi, lalu
reaksi.
Lalu diciptakan pula
bumi. Bumi dan alam semesta. Disertai dengan air, udara, tanah, api, dan segala
unsurnya. Konon tercipta dalam waktu jutaan bahkan milyaran tahun hingga sampai
pada tahap ‘layak huni’. Dengan akal dan tubuh yang diberikan, serta menggunakan
unsur-unsur yang disediakan, manusia beranjak membuat kondisi yang lebih
nyaman. Dimulailah era peradaban. Ketika manusia melakukan manipulasi atas
dunia.
Hasrat. Yang memanusiakan
manusia, yang membedakan dari malaikat. Muncul sebagai sosok yang menyala, mewarnai
tiap pribadi dengan spektrum yang berbeda, menimbulkan keinginan, memberikan
percikan gairah, hingga terkadang membutakan. Bahwa ada kekuatan yang
seringkali tak terbendung dalam diri, sampai merasa berhak memanipulasi dunia
dan menundukkan manusia lainnya. Merasa Tuhan.
Manusia, bentuk
kolosal maksimal dari kesempurnaan ciptaan. Merasa tak berujung dan berbatas. Namun
sudah tertulis. Maktub. Bahwa ada masanya binasa. Dari, untuk, oleh manusia.
No comments:
Post a Comment