“How do you
trust your feelings when they can just disappear like that?”
Dua anak muda berusia di akhir belasan, merasakan yang
namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Ketika mata bertemu dan bertanya nama,
lalu mencari tahu, menunggu deringan telepon, hingga akhirnya tak sengaja bertemu
di gerbong kereta. Makan es krim pinggir jalan dan menari tap dance tengah malam dengan iringan ukulele. Dunia pun sesaat
takluk di hadapan mereka. Seakan memperpanjang periode malam agar cinta bertahan
pada waktunya. Hingga pada akhirnya buah hati yang belum diharapkan muncul tanpa
dikira. Mereka pun memutuskan untuk mengikat janji sehidup semati, for better and worse.
Dan pada fase hidup selanjutnya. Suatu pagi, dan pagi
berikutnya, dan berikutnya, Cindy tak lagi merasakan hal yang sama. Kosong. Ia menjalani
harinya tanpa perasaan yang dulu dimiliki ketika mereka muda dan duduk di
gerbong kereta. Semua menjadi rutinitas belaka. Semestinya tak ada yang salah.
Dean, sosok suami dan ayah yang menjadikan Cindy dan Frankie kecil tujuan
hidupnya. Namun entah mengapa, bagi Cindy, rasanya hilang begitu saja. Tubuhnya
seakan menolak, hatinya tak lagi berkata ia orang yang tepat.
Derek Cianfrance menampilkan realita cinta dalam
kehidupan rumah tangga dengan romantis sekaligus miris. Ketika pada suatu saat sepasang
manusia menyerah pada titik jenuh. Api sekecil apapun seakan tersulut oksigen
emosi sehingga menjadi ledakan amarah. Pertengkaran pun terus terjadi tanpa
kendali. Lalu seakan cinta pun punah tak berjejak pada sejarah.
And they just
disappear. Dean and Cindy. Such a bittersweet
symphony.
"You always hurt the one you love..."
ReplyDeleteThis is actually a horror movie
it is dear, deeply scary because its closeness to reality
ReplyDelete