Nov 12, 2008

Control (2007)


I wish I were a Warhol silk screen hanging on the wall. Or little Joe or maybe Lou. I'd love to be them all. All New York's broken hearts and secrets would be mine. I'd put you on a movie reel, and that would be just fine.

- Ian Curtis

Dan tepuk tangan pun riuh terdengar ketika lampu dinyalakan. Breathtaking. Film ini benar-benar mampu membuat nafas tertahan selama beberapa saat tanpa disadari. Mampu membuat mata tertuju pada layar dalam jangka waktu tidak sebentar.

Film yang diangkat dari buku Touching From A Distance karya Deborah Curtis (istri sang tokoh utama) bercerita tentang kehidupan seorang vokalis band ternama Joy Division, Ian Curtis. Hitam putih. Pada awalnya saya bertanya-tanya mengapa. Namun setelah membaca latar belakang kehidupan sang sutradara, Anton Corbijn, sebagai fotografer band tersebut, maka saya pun merasa mendapatkan jawaban.

Karakter Ian Curtis dalam film ini digambarkan sangat kompleks. Depresi. Marah. Kehilangan kontrol diri. Menikah pada usia sangat muda, 19 tahun dan memiliki seorang anak perempuan pada usia 21 tahun, tentu bukanlah hal yang mudah. Ditambah lagi karir musiknya yang bisa dibilang sedang berada di puncak.

Epilepsi. Penyakit yang berada pada tubuh sang vokalis tidak membuat hidupnya semakin mudah. Kejenuhan. Pada akhirnya, perselingkuhan dengan seorang interviewer, Annik Honoré. Ian mengaku kepadanya bahwa his marriage was a mistake. Secarik surat ia sampaikan pada sang istri, Debbie,

"No need to fight now.
Give my love to Annik.
Ian."

Dan hidupnya pun berakhir di usia muda, 23 tahun. Bunuh diri. Tekanan yang bertubi-tubi akan kehidupannya tak mampu lagi ditahan. Maka nyawanya pun berakhir di tepi seutas tali. Ironis.

No comments:

Post a Comment