We all fear of death, and questioned our place in the universe.
The artist's job is not to succumb to despair, but to find an antidote for the emptiness of existence
- Gertrude Stein
Enggan mengikuti ajakan sang tunangan dan para temannya, Gil Pender melangkah setengah mabuk dan tersesat di tengah kota. Lalu, voila! Sebuah mobil kuno tiba, dan..
Paris di malam hari, tahun 1920-an, siapa yang tak jatuh cinta? When the rain wasn't acid rain, no global warming, no tv, and suicide bombing, nuclear weapon, drug cartel, and cliche horror story. And yes, art is at its Golden Age. Ketika 'tugas' seniman adalah sebagai pemulih dari kekosongan eksistensi manusia pada masa itu. Tak heran, pernyataan ini membuka pintu fantasi sang pengelana waktu, dengan bertemu para 'pengemban tugas' tersebut.
Pilihannya cuma dua untuk Gil. Ini mimpi, atau saya gila? Tapi siapa yang tak menganggap dirimu gila ketika bertemu Hemingway dan Fitzgerald dalam satu malam? Lalu tiba-tiba draft novelmu dibaca dan disukai oleh Gertrude Stein? Kemudian kau bertemu Picasso ketika ia melukiskan sisi sensualitas sang kekasihnya, Adriana? Pada akhirnya, tunanganmu mengira kau terkena tumor otak ketika kau bercerita mengenai malam-malam itu layaknya anak usia lima.
Nostalgia is denial. Denial of the painful present.
Damn right. Woody Allen nampaknya tahu betul penyakit orang-orang yang melakukan mekanisme flight than fight dengan kembali ke masa lalu. Tak hanya lari sesaat, namun nampaknya terjebak. Tokoh Gil pun akhirnya mengalami dilema dengan dua cinta pada dua dunia yang berbeda. Inez, tunangannnya di masa kini dengan segala keriuhan dalam hubungan, atau Adriana, perempuan di masa lalu yang menawan hati para seniman? He is definitely denying his present. Woody Allen jelas mengusik hati penontonnya. There's Gil inside yourself, more or less. Yesterday, now, or tomorrow. Nostalgia jelas sulit ditampik ketika kau dihadapkan pada kerasnya hidupmu sekarang.
Mulai dari opening scene pemandangan kota Paris diiringi musik manis selama 3 menit, poster film yang dihiasi goresan Van Gogh, hingga detik terakhir ketika hujan turun malam hari. Tanpa ada kesan berlebih, Woody Allen menggoreskan senyuman lebar di wajah para penonton. This movie was just 'right'.
No comments:
Post a Comment