Jun 6, 2012

I Am Sam (2001)



"I want no other daddy but you. DID YOU HEAR THAT? I SAID I DIDN'T WANT ANY OTHER DADDY BUT HIM. WHY DON'T YOU WRITE THAT DOWN?!"

Setiap malam ia membuka jendela kamarnya, melangkah turun dari beranda lantai dua, berjalan 2 blok melalui toko 24 jam, mengetuk jendela kamar apartemen ayahnya, lalu terlelap pulas di pelukan sang ayah. Lalu sang ayah akan menggendongnya dalam pelukan, dan mengembalikannya kepada orangtua asuhnya. 

Ketukan palu hakim tak cukup mengetuk hati petugas sosial. Sam, sang ayah, memiliki kapasitas intelektual setara dengan anak usia 7 tahun. Salah? Tidak. Tapi menjadi masalah ketika Lucy, sang anak, beranjak di usia yang sama. Ketika telinganya membesar dan matanya menua, ujar Sam.

Apa rasanya ketika bagian besar dari dirimu diambil begitu saja? Dipisahkan, direbut, dijauhkan. Hilang, dan berlubang. Bahkan ketika ditambal, rasanya tak akan sama. Karena memang beda. Dan kau tak butuh yang beda. 

Mungkin ada banyak Sam dan Lucy di dunia. Ayah dan putrinya yang tak bisa lagi merangkai cerita dalam ruang yang sama. Karena orang lain menganggap anak berhak mendapatkan yang terbaik. Terbaik kata siapa? Orang lain yang mungkin tak tahu akan seberapa besar lubang yang mereka ciptakan. Tahu apa mereka tentang rasa yang ada dalam hati kecil ayah dan sang putri? Maybe yes, living is easy with eyes closed. Misunderstanding all you see.

No comments:

Post a Comment