Mar 12, 2012

si godzilla


tubuhnya kecil. rambutnya merah terbakar matahari. tak banyak bicara, tapi banyak bergerak. bola matanya menelusuri setiap pojok ruangan. kutanya, "namanya siapa?" ia menjawab dengan lantang. sinar matanya kuat. mungkin ia berbakat bisa menyorot sinar x jika sudah besar nanti.

merah. ia memilih spidol warna merah. sudah kukira sejak awal ia akan memilih warna merah. tak peduli kanan kiri, ia bekerja sendiri. duduk, berdiri, duduk, berdiri, keluar bangku, jalan, lalu lari. kuminta kembali, ia merajuk, "bu, mau nggambar. bu, mau nggambar." lalu kuberi ia kertas dan pensil.

"godzilla. whuuuh.. yang ini ada tanduknya! yang ini kepalanya tiga, bisa makan yang jahat! bu, liat bu sini!"
sibuk dengan anak lain, aku cuma bisa bilang, "iya, sebentar ya"
ia keluar dari bangkunya dan menghampiriku, "ibu, liat bu! aku gambar godzilla!" sambil menarik bajuku.

aku tersenyum. kupuji sang godzilla dan kubelai rambutnya agar ia kembali ke bangkunya. menyesal bukan main rasanya. tak kuberikan ia kesempatan untuk bercerita.

si godzilla menutup hari yang sangat lelah sabtu sore. di mana aku berdiri, bersuara, dan menghadapi anak dari pukul 8 pagi hingga 5 menjelang senja. rasanya ingin marah kepada mereka yang mengatur waktu. seakan tak pernah menghadapi anak-anak. mereka yang dewasa, yang mungkin hanya peduli pada prosedur hitam di atas putih tanpa menghiraukan warna-warni dunia bocah. mereka yang mungkin tak peduli bahwa tempo gerak setiap anak berbeda.

hmph. untung saja ada si godzilla. cepat tumbuh besar ya. kalau sudah masuk sekolah nanti, beri senyummu yang paling indah untuk dunia.

No comments:

Post a Comment