Ia datang perlahan. Mengisi setiap rongga udara kosong yg ada. Pelan tanpa paksaan, ia menutupi pandangan.
Nyala surya tak lagi seterik murka. Meredup, mungkin waktunya merenung. Bau rumput dan tanah basah menemani titik hujan centil. Seakan menggoda, tak padam tapi juga tak deras.
Kabut datang tak seperti cinta pada pandangan pertama. Tak menggebu dan mempesona seakan penuh cahaya. Tak sesaat dan memabukkan insannya. Ia tenang, namun perlahan membutakan. Seperti menyihir para penghirup udara dengan mantra. Lalu putih terang pun menjadi abu kelabu. Terik murka pun meredup.
Ia hidup.
bdg-jkt, senja, km 75
No comments:
Post a Comment